Pagi itu lapangan Garha Sabha Pramana
dipenuhi mahasiswa/i Universitas Gadjah Mada berjubah hitam bertopi datar dan
berselendang warna warni dominan kuning sesuai dengan fakultas masing-masing.
Semua wajah tampak bahagia menyambut kelulusan mereka bagai bunga merekah di
pagi hari dan siap untuk mengharumkan nama keluarga dan almamater. Begitu juga
dengan Meiya, seorang gadis manis berparas campuran Sunda- Batak dengan tinggi
badan 160cm dan berat 45kg berambut panjang hitam legam dan berkulit sawo
matang berasal dari Jakarta yang empat
tahun lalu diterima di jurusan ilmu komunikasi Universitas Gadjah Mada dan
pergi seorang diri ke kota pelajar tersebut dengan segudang cita cita dan harapan
demi meraih impiannya menjadi seorang jurnalis. Kini, cita citanya tersebut
seperti sudah tinggal selangkah lagi dalam genggamannya.
“Meiyaaaaa”
teriakan itu sangat tidak asing di telinga Meiya, ia celingak celinguk mencari
asal suara tersebut. Benar saja, dari kejauhan ia melihat Ratna sahabatnya
berlari pelan-pelan mengenakan jubah hitam menerobos keramaian jubah jubah hitam
lainnya dengan mengangkat sedikit kain kebayanya dan memegang topi datar yang
hanya dijepit sedikit di sanggulnya.
“Ratnaaaa”
Meiya melambaikan tangan dan menunjukkan posisi dirinya dan barisan yang sudah
ia siapkan untuk Ratna.
Ratna
adalah sahabat Meiya, ia adalah penduduk asli Jogja walaupun mukanya seperti
keturunan Indo Arab dan berpostur lebih tinggi 10cm dari Meiya. Ratna jarang
mengikuti kuliah karena ia mempunyai pekerjaan sampingan sebagai model.
Meskipun begitu ia tak pernah melewati ujian sekalipun. Meiya banyak membantu Ratna
dalam hal pelajaran karena Meiya terkenal rajin dan semangat menjalani kuliah.
Ratna sering mengajak Meiya untuk menjalani kehidupan yang seimbang dengan
mengajaknya bergaul dengan anak gaul Jogja dan mengenalkan dunia malam Jogja
kepadanya. Mereka berdua menjalin persahabatan walaupun watak keduanya berbeda.
Ratna cenderung lebih dewasa dan menerima dalam melihat persoalan hidup karena sejak
kecil ia diasuh oleh ibunya seorang diri sehingga ia tak pernah merasakan kasih
sayang seorang bapak sedangkan Meiya merupakan gadis yang ambisius yang tidak
ingin melihat dirinya begitu begitu saja, Meiya menginginkan sesuatu yang besar
dalam hidupnya.
Ratna
tiba di depan Meiya dengan terengah engah dan memegang bahu Meiya
“
Meiya, kita berhasil yeayy kita berhasil” Ujar Ratna
“Iya
Rat hahhaha akhirnyaa kita bisa lulus tepat waktu ternyata kita bisa walaupun
kita study hard and play harder
hahhhaha” Balas Meiya
“Iya
Mei, salah dong… play hard, study harder
hahahhaha” jawab Ratna
“hahhaha
iya bener Rat, semuanya akhirnya terbayar. Kita tinggal selangkah lagi
menjemput impian kita” Meiya menjawab dengan berapi api.
kemudian
Ratna membuka jubahnya untuk memamerkan kebaya yang ia kenakan.
“Tadaaa…..
ini nih kebaya hasil design kamu, bagus juga ya ternyata. Kamu berbakat Mei,
mungkin kamu salah masuk jurusan deh” Kata Ratna
“Halaah..design
aku biasa aja ah Rat, tapi karena kamu yang pake jadinya bagus. dipake model
gitu looh” Goda Meiya
“eehh
tapi ini beneran, mamaku aja bilang bagus dan minta dibikinin juga tapi aku
bilang Meiya lagi sibuk urusan pindahan
ke Jakarta hehehhe, kalau saja aku gak selalu mergokin gambar gambar kamu di
kertas catetan mungkin aku gak minta digambarin baju kebaya sama kamu” Balas
Ratna
“
heheheeh itu iseng-iseng doang, tapi sebenernya kalo ada waktu aku kepengen
banget sih bisa bikin sendiri apa yang aku gambar” Jawab Meiya
“anyway, Meiya, makasih banyak ya
untuk persahabatan kita dan aku akan merindukan masa masa ini. Masa masa dimana
kita yang awalnya hanya bibit bunga namun sekarang bunga itu sudah merekah dan
mengharumkan”
mereka pun berpelukan dan tak lama kemudian
para mahasiswa dipersilakan memasuki gedung Grha Sabha Pramana untuk memulai
prosesi wisuda.
Usai
prosesi wisuda, semua peserta berhambur menemui keluarganya. Ada yang
keluarganya tiba dari Banjarmasin, Papua, Padang, Medan dan lain lain. Mereka
masing masing telah mempunyai acara sendiri sendiri . Ada yang sudah membooking
studio foto untuk foto bersama keluarga mengenakan toga kemudian ada juga yang sudah membooking restoran untuk merayakan
hari kemenangannya. Hari itu adalah hari kebahagiaan dan kemenangan, jalanan di
sekitar jalan Gejayan dan Jakal km 4,5 menjadi penuh dan ramai.
Setelah
saling bersalaman dengan para orang tua sahabatnya, Meiya dan Ratna berpelukan
lama.
“Mei,
mungkin ini hari terakhir kita ketemu ya karena besok aku sudah harus ke
Jakarta duluan untuk casting film “ Ujar Ratna
“
Yah..sayang kita gak bisa sama-sama ke Jakarta ya, aku harus menemani mama papa
dulu di jogja dua hari ke depan dan pulang ke Jakarta bersama mereka” Jawab
Meiya
“Iyah,
makanya..keep in touch ya, nanti di
Jakarta kita sempatin ketemuan yah.. kamu take
care, sampai Jakarta harus segera melamar ke media-media sesuai dengan cita
cita kamu. Oke?”
“Pasti
dong Rat… aku sudah ga sabar untuk melebarkan sayap dan nongol di TV bacain
berita hahahha..see you soon yaaa”
Ratna
dan Meiya akhirnya berpisah setelah empat tahun kedekatan mereka bersama sama
menuntut ilmu demi menggapai cita-cita dan berpisah juga untuk meraih impian masing
–masing