Oleh: Andini NH
Jam hampir
menunjukkan pukul tujuh pagi, gerbang sekolah sudah terlihat jelas dari kaca
depan mobil, segera aku tambah kecepatan agar anak anak tidak terlambat sampai
di sekolah.
Ciiitttt!!!. Akhirnya mobil berhenti pas di depan gerbang.
Beberapa anak sudah mulai berlarian agar dapat lolos masuk dari gerbang yang
perlahan menutup.
“ok anak anak, salam mama dulu ”
Segera aku unlock pintu mobil. Anak
anak melepas seat belt mereka kemudian mencium tanganku.
“bye
mom love you “ Anak Sulung membuka pintu dan keluar sambil berlari.
“See
you soon mom” Anak bungsu keluar dan menutup pintu langsung berlari kencang
sambil melambaikan tangan ke arahku
“see
you soon!! love you more!!” Aku membalas lambaian tangan si bungsu. Oooh
tak berasa waktu berlalu begitu cepat. Setahun lalu si bungsu masih jadi anak
TK sekarang sudah duduk di bangku SD dan berubah menjadi mandiri.
“Ya ampun hampir lupa! Aku harus
segera pergi dari sini!” Tangan kiri menggeser perseneling ke D dan kaki kanan
langsung menginjak gas. Mobil melaju kencang memasuki jalan tol dalam kota.
Sepanjang jalan hatiku bergemuruh ingin cepat cepat tiba dan bertemu perempuan
itu. Pikiran berkecamuk mengira ngira akan bicara seperti apa pada dia. Apakah
dia mau menerima apa yang aku katakan? Jika ia tidak bisa menerima, apa yang
akan aku lakukan? Haruskah menggunakan cara keras atau lembut?
Pintu keluar
tol sudah terlihat, laju mobil aku kurangi dan pelan pelan melipir ke arah
pintu keluar tol. Tak jauh setelah keluar ada puteran balik dan tujuanku sudah
di depan mata. Mobilku memasuki gedung perkantoran dan tepat seperti dugaanku,
sebelum jam 8 bank tersebut masih sepi pengunjung. Kuparkir mobil tepat di depan
bank kemudian merapikan penampilan dan menyemprot parfum mahal favorit di
sebelah kanan dan kiri leherku lalu beranjak keluar mendekati pintu masuk bank
itu.
“
Selamat pagi ibu…maaf tapi bank kami belum buka” Sapa satpam dengan
ramah.
“Oh tidak mengapa kan saya menunggu
di dalem” Jawabku sambil melepas sun glasses Channel dan memasukkan ke dalam
handbag channelku sambil ngeloyor masuk ke dalam bank.
Akhirnya aku duduk di ruang tunggu.
Mataku menyapu ruangan front office, mencoba membaca setiap papan nama yang ada
di meja mencari cari nama yang aku incar dan menerka nerka seperti apakah wajahnya.
Ah sudah pasti dia tipe penggoda!. Sesaat kemudian seorang wanita kira kira
berusia 5 tahun lebih muda dariku memakai seragam front office, rambut tertata
rapih mengenakan hairnet dan stocking warna kulit mendekati meja customer
service dan membalikkan papan nama yang bertuliskan NIA kemudian ia duduk di
kursi meja tersebut menyalakan computer dan akhirnya mengangguk tersenyum
padaku tanda bahwa ia sudah siap melayani pelanggan.
“Selamat pagi dengan Nia ada yang
bisa saya bantu?” Dia menyodorkan tangannya kepadaku. Aku tersenyum dan
membalas jabatan tangannya
“ Saya Vivi istri Pak Andi” kemudian
aku duduk sebelum dipersilakan sementara Nia masih berdiri memasang muka heran
dan akhirnya kembali duduk.
“ Eh..selamat pagi bu Vivi, ada yang
bisa saya bantu?”
“Kamu tau kan untuk apa saya datang
kemari?” Aku menyilangkan kaki dan tangan bersidekap sementara tatapanku focus
ke matanya. Dia semakin salah tingkah
mungkin tidak menyangka bertemu denganku istri Pak Andi, kemudian aku kembali
bicara.
“Pak Andi sudah cerita tentang akad
itu dan menurut saya itu tidak sah! Saya tidak terima dan sebenarnya kalian tidak
bisa berbuat seperti itu. Dan Ya, saya tau suami saya tidak pintar akan masalah
ini” Aku berpaling muka darinya.
“Maaf bu vivi tapi pak Andi dan saya
sudah menjalani akad” ujar Nia dengan suara sangat lembut hampir hampir aku tak
dapat mendengarnya.
“Menjalani akad di depan siapa??!.” Nada
suaraku makin meninggi. Nia kelabakan, satpam melihat kami kemudian Nia memberi
aba-aba aman terkendali.
“Sebelum ada hitam di atas putih
semua tidak SAH!” Aku kembali membentak.
“bb..baik bu…izinkan saya menelfon
dulu” Nia mengangkat gagang telefon di mejanya dan menekan nomor nomor.
“Silakan katakan pada pasanganmu
bahwa semua itu tidak sah dan kalian tidak boleh bertindak sebelum saya memberi
izin!”. Ujarku
Tak lama setelah Nia menutup telepon, akhirnya ia angkat
bicara
“Baik bu vivi…sebelumnya saya minta
maaf atas kelancangan saya dan saya berjanji tidak akan mengulangi lagi… dan
kalau ibu berkenan maukah ibu beri saya kesempatan untuk bertemu dengan Pak
Andi lagi?”
“Hm…..” AKu berdiri dan hendak beranjak pergi, merapikan
pakaian dan mengenakan tas kembali. “Kamu boleh datang ke rumah saya dan kita
bicarakan baik baik dengan pasanganmu juga. Sekarang saya harus segera pergi.
Selamat siang” Aku segera meninggalkan Nia yang masih berdiri dengan muka
kakunya. Aku melangkah pasti dengan perasaan juara, jangan sepelekan aku walau
aku tak lagi muda hahahha…
Aku memasuki mobil dan bersiap
meninggalkan perkantoran tersebut. Segera aku ambil Iphone ku kemudian
menghubungi suamiku.
“ Pa kamu sudah di kantor?”
“Sudah Ma, gimana tadi ma? Sudah bicara dengan Nia?”
“Sudah pa, mama sudah batalkan akad kalian yang tidak sah
itu. Apa apaan kalian bikin perjanjian tanpa sepengetahuan aku”
“Iya ma..maafkan sekali lagi, trus pacarnya Nia gimana ma?”
“ya pokoknya mereka sudah kalah pa, kan tidak ada hitam di
atas putih. Mereka tidak bisa menyewa ruko mama tanpa persetujuan mama dan
harganya harus mama yang tentukan dong. Ruko itu kan atas nama mama”
“i..iya ma…maaf papa lupa hehhehe”
“makanya pa..lain kali jangan gampang tergoda dilobi sama
wanita muda bertampang lugu sampe sampe lupain hak mama”
“oke oke ma…maafin ya..trus akhirnya gimana ma mereka kasian
kan mau sewa ruko kita mau buka usaha café. Kita harus dukung dong mereka masih
muda muda begitu mau usaha”.
“Iya…mama sudah bilang kita bicarakan ulang, harus sesuai
dengan harga mama jangan di bawah pasaran dong pa”
“Baiklah ma kalau begitu sampai ketemu di rumah nanti malam
ya..love you”
“love you too” Kumatikan telepon selularku dan kembali ke
rutinitas menjemput anak pulang sekolah.
No comments:
Post a Comment