Live Learn and Write

a piece of short stories everyday

Tuesday, February 9, 2021

Review Film Little Women (2019)

 

 

 

 

 


 

 

Review Film Little Women

 

Judul                         : Little Women

Sutradara                  : Greta Gerwig

Produksi                    : Columbia Pictures

Tanggal Rilis            : 7 Desember 2019

Negara                      : Amerika Serikat

Sinematografi           : Yorick Le Saux

Pemeran                   : Saoirse Ronan, Emma Watson, Florence Pugh, Eliza Scanlen, Timothee Chalamet, Laura Dern, Meryl Streep

Pereview                   : Andini Naulina

Nonton di Netflix

 

 

“I’ve had lots of troubles, so I write jolly tales.” (Louisa May Alcot). Itulah quote dari sang penulis novel Little Women yang diadaptasi ke dalam film ini dan dimunculkan di awal pemutaran film. Namun, keriangan bukan hanya satu-satunya kata yang sesuai untuk dilontarkan pada film ini melainkan juga haru, rindu, empati dan hangat.

 

Film ini mengambil setting tahun 1860-an ketika Amerika sedang menghadapi perang saudara. Jo March adalah seorang penulis wanita yang sangat menyayangi keluarganya dan berpendirian kuat untuk tidak menikah. Ia mempunyai masa kecil yang bahagia bersama ketiga saudara wanita, ibu, dan sahabat lelakinya. Tuan March mengabdikan dirinya pada negara untuk bergabung dalam angkatan perang sehingga keluarga March harus hidup dengan kondisi serba kecukupan. Mrs March atau yang biasa disebut Marmee (diperankan oleh Laura Dern) harus berperan sebagai ibu sekaligus ayah yang menafkahi keempat anak perempuannya.  Meg March (diperankan oleh Emma Watson) adalah kakak tertua yang bercita-cita menjadi seorang aktris, menyimpan hasrat untuk menjadi orang kaya tetapi hatinya tertambat pada seorang pria yang berprofesi sebagai guru. Beth March (diperankan oleh Eliza Scanlen) adalah adik Jo March yang menjadi satu-satunya anggota keluarga yang tak punya keinginan apa-apa selain bermain piano dan berada di tengah keluarga. Beth akhirnya meninggal dunia karena sakit yang dideritanya. Amy March (diperankan oleh Florence Pugh) adalah anak bungsu yang memiliki bakat melukis dan sejak kecil sudah menyukai Laurie, tetangga sekaligus sahabat Jo March. Amy akhirnya menikah dengan Lauree. Laurie (diperankan oleh Timothee Chalamet) adalah anak yatim piatu kemudian diasuh oleh kakeknya yang kaya raya yang tinggal di rumah besar di seberang kediaman keluarga March. Laurie sangat menyukai keriangan yang ada di keluarga March dan akhirnya jatuh cinta dengan Jo March.

 

Novel ini telah beberapa kali diadaptasi menjadi film. Pada Tahun 1994, Little Women yang disutradarai oleh Gillian Armstrong menggunakan alur maju. Keceriaan dalam keluarga March tanpa sang ayah dimunculkan di adegan pertama, keempat kakak beradik mengisi waktunya dengan bermain drama karya Jo March di rumah. Sedangkan Greta Gerwig pada Little Women kali ini menggunakan alur campuran. Adegan dimulai dengan Jo March berada di kantor penerbit di New York hendak menjual cerita pendeknya demi mendapat upah yang akan digunakan untuk membantu keluarganya. Kemudian adegan beralih ke masa lalu dengan jarak waktu yang tak terlalu jauh (tujuh tahun) sehingga dapat membuat bingung penonton. Oleh sebab itu, jika ingin menonton Little Women gubahan Greta Gerwig ini disarankan untuk membaca novelnya terlebih dahulu atau menonton film produksi sebelumnya agar dapat dinikmati dengan khidmat. Meskipun demikian, Greta Gerwig berhasil membungkus cerita ini menjadi cerita yang hangat. Ada momen yang kembali diangkat di film ini dengan sangat menyentuh emosi. Misalkan ketika kakak beradik March saling mengeluh karena di hari natal tidak ada kado lalu Marmee datang dan memberitahu bahwa ada tetangga mereka yang terdiri dari ibu dan anak-anak kecil tanpa ayah dan makanan dan harus berbagi kasur dan selimut di natal yang bersalju ini. Marmee mengusulkan agar anak-anaknya mau memberikan makanan mereka sebagai kado natal bagi tetangga miskin tersebut. Lalu mereka berbondong-bondong datang ke rumah tetangga itu dan merayakan natal bersama. Selain itu ada juga momen dimana Jo March setelah sekian lama dan sempat mengalami kehilangan adiknya, Beth March, akhirnya memutuskan untuk kembali menjalin cinta dengan Laurie. Namun, Laurie terlanjur menikahi Amy tanpa sepengetahuan Jo. Di sini, Jo terlihat sangat terpukul tetapi akhirnya ia bisa menepis kekecewaannya demi kebahagiaan Laurie dan adiknya. Sinematografi yang digarap oleh Yorick Le Saux lebih sering menggunakan teknik Extreme Long Shot untuk menggambarkan situasi, kondisi dan perbedaan tempat tinggal keluarga March dan Lawrence. Pengaturan setting tempat di film ini lebih modern tapi tetap mewakili situasi di zamannya, terlihat dari keadaan kota New York yang dibandingkan garapan sebelumnya masih beralaskan tanah. Penataan kostum yang meskipun sesuai dengan penampilan di masanya tetapi tetap mengedepankan aspek fashion. Contohnya adalah kostum yang dikenakan oleh Meg dan teman-temannya pada saat pesta di kota, menggunakan warna-warna pastel cerah dipadankan dengan tulle dan bulu-bulu merupakan salah satu aspek yang menandakan kemajuan ilmu dan teknologi produksi film Little Women terbaru.

 

 

No comments:

Post a Comment