BEAUTIFUL MAMA
Aku
adalah anak pertama dari dua bersaudara, aku anak perempuan satu satunya. Sejak
kecil aku bangga melihat mama dan bercita cita kelak akan menjadi seperti
beliau. Mama biasa berangkat ke kantor pagi pagi. Dia mengenakan blouse pendek,
rok mini dan sepatu berhak. Tubuhnya ramping, potongan rambutnya pendek dan
mengenakan kalung mutiara sepanjang dada, terkadang kalung bebatuan terkadang
kalung manik manik. Dia punya banyak koleksi kalung. Aktivitas wajibnya sebelum
keluar dari daun pintu rumah adalah duduk di kursi tamu, mengoleskan lotion
bermerek Citra ke tangan dan kakinya yang berkulit kuning langsat. Warna kulit
mama tidak seperti warna kulitku yang sawo matang, aku cenderung seperti papa. Dulu,
aku pikir mama mendapatkan warna kulitnya karena rajin memakai lotion Citra
yang slogan iklannya adalah : kecantikan kulit wanita Indonesia.
Hari pertamaku di Sekolah Dasar, mama
izin masuk kantor siang hari karena ingin mengantarku. Aku duduk di bangku
deretan tengah, tangan terlipat di atas meja. Aku tak mengenal sekelilingku.
Yang aku kenal hanyalah wajah mama yang kulihat di jendela.Wajah mama
berseri-seri dan sesekali memberi jempol kepadaku.
“Ayo anak-anaksiapa yang tahu Sila
Pertama Pancasila”. Tanya bu Guru kepada murid murid di kelas. Beberapa anak
ada yang mengacungkan tangan, yang lainnya malu malu termasuk diriku. Aku
menoleh ke jendela mencari cari mama. Mama menatapku dan mengacungkan jarinya
mengisyaratkan bahwa ia menginginkan aku untuk tunjuk tangan.
Setiap
pekan di sore hari, mama gemar bermain volley dengan ibu-ibu komplek. Mama mengenakan
celana pendek seperti ibu-ibu lainnya. Suatu hari papa meminta mama untuk
mengenakan celana panjang saat bermain volley namun mama mengabaikan perintah
papa akhirnya mama sempat terjatuh dan lututnya luka parah. Sejak itu ia tak
lagi mengenakan celana pendek dan mulai mengenakan hijab.
Ketika
aku kelas 5 SD, mama harus meninggalkanku untuk menuntuk ilmu di Arkansas, USA
selama enam bulan. Mama yang aku kenal adalah seorang yang berkemauan kuat
dalam hal menggapai cita citanya. Ia benar benar mengerahkan semua kemampuannya
dan rajin beribadah. Sebelum berangkat ke USA, mama sibuk mempersiapkan ujian
TOEFL. Ia selalu belajar di kamarnya dan terkadang menginap di tempat lain agar
tenang dari keributan yang aku dan adikku perbuat. Waktu itu, yang aku inginkan
adalah menjadi seperti mama. Wanita hebat, pintar dan kuat. Sepulang dari USA,
berat badan mama meningkat drastis akibat berada di sana ketika musim dingin.
Ketika
aku SMP, mama sering mengajakku ke kantor. Mama punya ruangan sendiri dan
beberapa anak buah. Aku bangga melihat mama menjadi seorang yang disegani di
kantor walaupun harus menempuh jarak yang sangat jau setiap hari dari rumah ke
kantor.
Menjelang
lulus SMU, aku sering berantem sama mama. Penyebabnya hanya soal gaya
belajarku. Aku sangat berbeda dengan mama. Aku tidak punya kemauan kuat untuk
menggapai sesuatu.
“BRAKK” mama mendobrak pintu kamarku.
Aku yang sedang asyik bercermin langsung ketakutan . Mata mama melotot dan
menghampiriku.
“ Ya Ampun! Disuruh belajar kok kamu
malah ngaca! Mama buang ya kacanya!” Mama bergegas mencopot cermin yang
bergantung di dindingku dan menaruhnya di gudang.
Pernah juga ketika malam-malam aku
menerima telepon dari teman pria yang menyukaiku tiba tiba mama membuka pintu
kamar dan teriak
“EEh… ini anak bukannya belajar malah
telepon teleponan. Bagus ya! Mau jadi apa kamu kalo tidak lulus UMPTN mama
tidak akan kuliahin kamu!”
Tanpa ba bi bu lagi dan aku keburu
malu dengan temanku tersebut akhirnya telepon langsung aku tutup.
Di sekolah, aku terlihat murung
walaupun nilai nilaiku cemerlang.
“Ya ampun Lin.. lo tu kayak terlalu
diforsir banget “ Ujar Citra.
“Iya..tiap pulang sekolah selalu….les
bimbingan belajar” Kata Ima.
“Hari ini aja yuk bolos les, kita
kemana yuk jajan” Ajak Yolla.
Aku tertarik dengan ajakan Yolla. Dua
jam sebelum pelajaran sekolah berakhir, aku menelepon mama dari kantor Tata
Usaha sekolah.
“Ma..Lina hari ini izin gak les ya, Lina
mau pergi sama temen temen” Begitulah aku minta izin dengan polosnya.
Bel pulang sekolah berbunyi. Tiga sahabatku
menghampiri dan kita bergegas keluar gerbang sekolah namun baru saja sampai
pintu gerbang tiba-tiba aku melihat mama sudah di luar. Aku benar benar tak
menyangka karena aku fikir mama masih di kantor rupanya sedetik aku minta izin
tadi mama langsung keluar kantor untuk menjemputku di sekolah. Akhirnya aku
berjalan menuju mama dan mama mengantar dan menungguku sampai les selesai.
Akhirnya
pengumuman UMPTN itu tiba. Pagi-pagi mama sudah membeli Koran KOMPAS dan
buru-buru mencari nomor pesertaku. Tak disangka akhirnya perjuanganku
membuahkan hasil. Kami menemukan nomor persertaku tertera di Koran tersebut.
Aku lulus ujian masuk Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM). UGM
adalah kampus dimana dulu mama dan papa pertamakali bertemu. Mama langsung
mencium dan memelukku erat dan kami berguling-guling di lantai.
TIba
saatnya aku berangkat ke Jogja. Aku melihat wajah mama penuh haru. Usianya tak
lagi muda, air mata menetes di sela sela kerutan matanya. Aku berjanji tak
akanmengecewakan mama.
Aku
berhasil menyelesaikan kuliahku dalam waktu 4,5 tahun dan kembali ke Jakarta.
Mama sudah tak sabar menunggu fase kehidupanku selanjutnya yaitu menikah.Mama
sudah amat sangat merestui hubunganku dengan pacarku. Namun sayangnya, pacarku
masih harus di Jogja karena belum menyelesaikan kuliahnya. Akan tetapi, rencana
tidak sepenuhnya berjalan lancar. Bukannya menyelesaikan kuliah, dia malah mendapatkan
pacar baru. Akhirnya kami putus dengan tidak baik. Aku berhari hari mengunci
diri di dalam kamar menangis dan tidak selera makan. Mama berhari hari itu pula
menangis depan pintu kamarku memohon agar aku mau keluar dan kembali ceria.
Badai
telah berlalu, aku mendapatkan pekerjaan bagus dan karirku menjanjikan. Pada
hari itu, sehari setelah lebaran aku masuk kantor dengan semangat akan tetapi
kantor masih sepi karena masih dalam cuti lebaran.
“Lina, kamu ke ruangan saya ya” Pak
Restu atasanku memanggilku melalui telepon.
“Ya pak?” tanyaku ketika sudah berada
di ruangannya.
“ Besok ada syuting iklan perusahaan
kita. Bintang iklannya pengusaha sukses. Saya mau kamu besok jadi PICnya.
Jangan mengecewakan ya”. Perintah Pak Restu.
“Baik pak” Ujarku.
Keesokan harinya aku itba pagi sekali
dengan tampilan prima. Syuting iklan perusahaan dilaksanakan di kantor. Di
akhir acara kita semua berfoto bersama sang bintang iklan dan asisten eksekutifnya.
Setiba di rumah, aku memperlihatkan mama foto tersebut. Mama menyentuh gambar
sang bintang iklan dan berujar : “Ya Allah semoga ada kerabat atau orang
kepercayaan bapak ini yang akan menjadi jodoh anak saya,Amiiin”. Doa mama.
Tak
disangka, seminggu kemudian aku bertemu lagi dengan asisten eksekutif pengusaha
sukses sang bintang iklan perusahaan tempat aku bekerja. Sejak itu kami mulai
berpacaran dan tak lama langsung menikah. Mama pernah bilang : “ Lin tau ga? 10
hari terakhir bulan Ramadhan mama selalu Tahajjud agar lina segera mendapat
jodoh . Lina akhirnya ketemu jodohnya kira kira dua minggu setelah lebaran kan
? Tandanya doa mama terkabul”.
Akhirnya
aku menikah, mama sangat gembira apalagi setelah Sembilan bulan kemudian cita
citanya untuk segera menimang cucu terkabulkan. Mama yang menemani
persalinanku, mulutnya tak berhenti komat kamit mengaji Yassin agar kita semua
selamat. Alhamdulillah akhirnya operasi cesarku berjalan lancar.Kata suamiku,
mama langsung keluar kamar operasi berlari kencang menuju ruang tunggu dimana
suami dan saudara berkumpul
“Lina sudah melahirkan! Lina sudah
melahirkan!” teriak mama.
“Pa..kita akhirnya punya cucu pa…cucu
kita perempuan” ujar mama ke papa.
Dalam
lima tahun pernikahan, aku sudah memberikan 3 cucu perempuan untuk mama. Aku
selalu bersyukur mama masih sehat dan masih bisa dititipkan anak-anak jika aku
dan suami bepergian keluar kota. Mama sangat senang jika cucu cucunya berkumpul
di rumah.
Suatu
pagi, tepatnya dini hari usai menunaikan sholat Subuh, aku menerima telepon
dari papa
“Ya pa?” jawabku
“Lin, mama masuk IGD, kamu segera ke
rumah sakit” Papa bicara terbata bata.
Seketika badanku lemas dan dada ini
terasa sesak sekali. Fikiranku langsung bertanya tanya bagaimana kalau hari ini
hari terakhir ketemu mama? Bagaimana? Dan bagaimana?
Sesampai di IGD, adikku dan papa
sudah di situ. Aku dipersilakan masuk untuk melihat keadaan mama. Namun aku tak
kuasa menahan tangis saat kulihat mama tak berdaya. Satu hal yang selalu berkecamuk
dalam fikiranku saat itu adalah bagaimana jika ini hari terakhir mama di dunia
sedangkan aku masih banyak berdosa pada beliau dan belum dapat membahagiakannya.
Saat itu, aku tak mau meninggalkan mama. Aku genggam tangan mama, aku cium cium
mama. Aku ingat saat saat ketika aku melahirkan anak-anakku , mama selalu ada
disampingku membacakan ayat ayat suci Al Qur’an. Aku ingat saat saat dimana aku
tak peduli perasaan mama, tak pernah membahagiakan mama. Aku tak menyangka hal
ini terjadi. Rasanya waktuku tak banyak lagi untuk menebus semua dosa dosa dan
berbhakti kepada beliau.
Mama
dirawat di ICU selama 3 minggu tak sadarkan diri karena pembuluh darah otak
sebelah kanan pecah. Bagian tubuh mama sebelah kiri lumpuh. Aku hanya dapat
melihat mama di balik kaca dan 1-2 kali diperbolehkan masuk. Suatu hari dokter
memanggilku.
“Bu, Ibu anda hari ini sudah boleh
keluar ICU karena kondisi tensinya sudah stabil , kami akan segera pindahkan ke
ruang rawat inap” Begitulah dokter menginfokanku.
Sujud syukur, aku bahagia Allah masih
memberi waktu kepadaku untuk berbhakti kepada mama. Saking bahagianya dengan
kabar tersebut aku berfikir mama sudah kembali normal ternyata fikiranku salah.
Meskipun mama sudah dapat membuka mata dan berbicara namun ingatannya masih
terbatas, ucapannya tidak jelas dan tidak dapat menggerakkan sebagian besar
anggota tubuhnya.
Mama,
yang dahulu aku bangga karena kegesitannya, kegigihannya dan ketekunannya kini
terbaring lemah tak berdaya. Ia orang pertama yang aku kabarkan atas kemahiran
dan kebisaanku, sahabatku sekaligus musuhku. Kini mama seperti bayi lagi yang
harus belajar makan, belajar bergerak, memakai pampers, terbaring lemah di tempat
tidur. Aku beberapa kali memandikan mama dan membersikah kotorannya,
membacakannya ayat suci Al Qur’an dan membacakan cerita. Sekarang, aku tak bisa
dengan mudahnya bercerita kepada mama melalui telepon.
MAMA…..AKU KANGEN MAMA YANG DULU…
Seandainya situasi dan kondisi tak
dapat kembali seperti dulu..maka izinkan aku membahagiankanmu di masa tuamu…..
Febuary, 14th 2018
Lina
No comments:
Post a Comment