Live Learn and Write

a piece of short stories everyday

Friday, June 22, 2018

BUNGA MEREKAH DI PAGI HARI by Andini NH





Pagi itu lapangan Garha Sabha Pramana dipenuhi mahasiswa/i Universitas Gadjah Mada berjubah hitam bertopi datar dan berselendang warna warni dominan kuning sesuai dengan fakultas masing-masing. Semua wajah tampak bahagia menyambut kelulusan mereka bagai bunga merekah di pagi hari dan siap untuk mengharumkan nama keluarga dan almamater. Begitu juga dengan Meiya, seorang gadis manis berparas campuran Sunda- Batak dengan tinggi badan 160cm dan berat 45kg berambut panjang hitam legam dan berkulit sawo matang  berasal dari Jakarta yang empat tahun lalu diterima di jurusan ilmu komunikasi Universitas Gadjah Mada dan pergi seorang diri ke kota pelajar tersebut dengan segudang cita cita dan harapan demi meraih impiannya menjadi seorang jurnalis. Kini, cita citanya tersebut seperti sudah tinggal selangkah lagi dalam genggamannya.
“Meiyaaaaa” teriakan itu sangat tidak asing di telinga Meiya, ia celingak celinguk mencari asal suara tersebut. Benar saja, dari kejauhan ia melihat Ratna sahabatnya berlari pelan-pelan mengenakan jubah hitam menerobos keramaian jubah jubah hitam lainnya dengan mengangkat sedikit kain kebayanya dan memegang topi datar yang hanya dijepit sedikit di sanggulnya.
“Ratnaaaa” Meiya melambaikan tangan dan menunjukkan posisi dirinya dan barisan yang sudah ia siapkan untuk Ratna.
Ratna adalah sahabat Meiya, ia adalah penduduk asli Jogja walaupun mukanya seperti keturunan Indo Arab dan berpostur lebih tinggi 10cm dari Meiya. Ratna jarang mengikuti kuliah karena ia mempunyai pekerjaan sampingan sebagai model. Meskipun begitu ia tak pernah melewati ujian sekalipun. Meiya banyak membantu Ratna dalam hal pelajaran karena Meiya terkenal rajin dan semangat menjalani kuliah. Ratna sering mengajak Meiya untuk menjalani kehidupan yang seimbang dengan mengajaknya bergaul dengan anak gaul Jogja dan mengenalkan dunia malam Jogja kepadanya. Mereka berdua menjalin persahabatan walaupun watak keduanya berbeda. Ratna cenderung lebih dewasa dan menerima dalam melihat persoalan hidup karena sejak kecil ia diasuh oleh ibunya seorang diri sehingga ia tak pernah merasakan kasih sayang seorang bapak sedangkan Meiya merupakan gadis yang ambisius yang tidak ingin melihat dirinya begitu begitu saja, Meiya menginginkan sesuatu yang besar dalam hidupnya.
Ratna tiba di depan Meiya dengan terengah engah dan memegang bahu Meiya
“ Meiya, kita berhasil yeayy kita berhasil” Ujar Ratna
“Iya Rat hahhaha akhirnyaa kita bisa lulus tepat waktu ternyata kita bisa walaupun kita study hard and play harder hahhhaha” Balas Meiya
“Iya Mei, salah dong… play hard, study harder hahahhaha” jawab Ratna
“hahhaha iya bener Rat, semuanya akhirnya terbayar. Kita tinggal selangkah lagi menjemput impian kita” Meiya menjawab dengan berapi api.
kemudian Ratna membuka jubahnya untuk memamerkan kebaya yang ia kenakan.
“Tadaaa….. ini nih kebaya hasil design kamu, bagus juga ya ternyata. Kamu berbakat Mei, mungkin kamu salah masuk jurusan deh” Kata Ratna
“Halaah..design aku biasa aja ah Rat, tapi karena kamu yang pake jadinya bagus. dipake model gitu looh” Goda Meiya
“eehh tapi ini beneran, mamaku aja bilang bagus dan minta dibikinin juga tapi aku bilang  Meiya lagi sibuk urusan pindahan ke Jakarta hehehhe, kalau saja aku gak selalu mergokin gambar gambar kamu di kertas catetan mungkin aku gak minta digambarin baju kebaya sama kamu” Balas Ratna
“ heheheeh itu iseng-iseng doang, tapi sebenernya kalo ada waktu aku kepengen banget sih bisa bikin sendiri apa yang aku gambar” Jawab Meiya
            “anyway, Meiya, makasih banyak ya untuk persahabatan kita dan aku akan merindukan masa masa ini. Masa masa dimana kita yang awalnya hanya bibit bunga namun sekarang bunga itu sudah merekah dan mengharumkan”
 mereka pun berpelukan dan tak lama kemudian para mahasiswa dipersilakan memasuki gedung Grha Sabha Pramana untuk memulai prosesi wisuda.
Usai prosesi wisuda, semua peserta berhambur menemui keluarganya. Ada yang keluarganya tiba dari Banjarmasin, Papua, Padang, Medan dan lain lain. Mereka masing masing telah mempunyai acara sendiri sendiri . Ada yang sudah membooking studio foto untuk foto bersama keluarga mengenakan toga kemudian ada juga  yang sudah membooking restoran untuk merayakan hari kemenangannya. Hari itu adalah hari kebahagiaan dan kemenangan, jalanan di sekitar jalan Gejayan dan Jakal km 4,5 menjadi penuh dan ramai.
Setelah saling bersalaman dengan para orang tua sahabatnya, Meiya dan Ratna berpelukan lama.
“Mei, mungkin ini hari terakhir kita ketemu ya karena besok aku sudah harus ke Jakarta duluan untuk casting film “ Ujar Ratna
“ Yah..sayang kita gak bisa sama-sama ke Jakarta ya, aku harus menemani mama papa dulu di jogja dua hari ke depan dan pulang ke Jakarta bersama mereka” Jawab Meiya
“Iyah, makanya..keep in touch ya, nanti di Jakarta kita sempatin ketemuan yah.. kamu take care, sampai Jakarta harus segera melamar ke media-media sesuai dengan cita cita kamu. Oke?”
“Pasti dong Rat… aku sudah ga sabar untuk melebarkan sayap dan nongol di TV bacain berita  hahahha..see you soon yaaa”
Ratna dan Meiya akhirnya berpisah setelah empat tahun kedekatan mereka bersama sama menuntut ilmu demi menggapai cita-cita dan berpisah juga untuk meraih impian masing –masing