Live Learn and Write

a piece of short stories everyday

Sunday, January 7, 2018

SAHABAT YANG SESUNGGUHNYA



Oleh: Andini NH

Pagi ini begitu cerah…Lirna sedang asik melihat lihat akun instagram para fashion illustrator untuk menjadi inspirasi pekerjaannya sebagai seorang fashion designer di suatu perusahaan pakaian jadi . Namun tiba tiba sebuat pesan masuk dari whatsapp dan seketika pagi cerah terasa sesak dan mengganjal di fikiran Lirna pagi ini. Kemudian Ingatannya kembali jelas mengulang perseteruan dirinya dengan mantan teman bernama Lea. Sejak saat itu Lirna sangat berharap tidak pernah dikenalkan dengan Lea.  Walau begitu, kenyataan haruslah dihadapi karena dibalik suatu kejadian pasti terdapat sebuah hikmah.
Waktu itu, di sebuah café dekat kantor Lirna, Ratna -sahabat Lirna sejak kuliah- membuat janju pertemuan dengan Lirna. Lirna sangat bersemangat karena sudah lama tak bertemu Ratna. Dulu, mereka sering clubbing bersama dan hang out bersama namun sekarang mereka sudah jarang bertemu karena Lirna sudah sibuk dalam karirnya yang sedang bersinar dan Ratna sudah berhijrah dan lebih mendalami agama. Meskipun begitu mereka sering saling bertukar fikiran lewat telefon atau sekedar chatting lewat whatsapp.
Hii Ratna..long time no see!!!” pekik Lirna kemudian segera berdiri menghampiri dan memeluk wanita cantik keturunan Arab yang baru saja memasuki pintu café  mengenakan hijab berwarna hitam celana harem dan loose striped sweater. Ratna berseri2 mencium pipi kanan dan kiri Lirna kemudian kepalanya celingak celinguk sambil mengikuti Lirna berjalan mendekati meja mereka.
“sini Ratna duduk” Lirna menarik lengan Ratna yg matanya masih mencari2.
“eh iya Lir..sebenarnya alasan aku ingin bertemu kamu karena aku ada surprise “ ujar Ratna
Surprise? Apa tuuh duh aku suka sama surprise2” Lirna jadi semakin bersemangat. Lalu pintu café terbuka lagi. Seorang wanita berbadan tambun, berambut lurus sebahu, mengenakan rok span selutut berwarna hijau dan kemeja berwarna hitam  memasuki café dan berjalan mengarah ke meja mereka. Ratna melambaikan tangannya dan menyuruh wanita itu mendekat kemudian mempersilakan duduk.
“ Lirna kenalkan ini Lea, dan surprisenya adalah…Lea baru dipindahkan ke kantor kamu di departemen design juga . Aku harap kalian bisa jadi partner. Aku kenal Lea dari teman pengajian aku” Ujar Ratna.
Itulah awal pertemuan Lirna dan Lea. Sejak itu Lirna akrab dengan Lea. Lirna banyak membantu Lea dalam hal pekerjaan karena selain Lea baru lulus dari sebuah institute, Lea juga belum lama tinggal di Jakarta.
     
      Namun pada suatu hari ketika Lirna menyerahkan tugas custom design ke ruangan Mrs Roz kepala divisi design pakaian jadi, Lirna merasa ada yang aneh.
      wait,what do you mean by these designs have been already submitted by other person??” Mata Lirna terbelalak
yess Lirna darling…someone from your team  has sent it the other day and we are in the middle of making those dresses for the client!” jawab Mrs Roz dengan  semangat dan berbinar. Mrs Roz bangkit  dari kursinya sambil membawa master design tersebut dan menyerahkannya pada Lirna. Rambut Mrs Roz pendek dan ikal mengenakan celana palazzo bermotif daun tropis dipadu kemeja berwarna putih dengan kerah kaku, kalung mutiara rangkap 3 bergelantung di lehernya. Dia mendekat pada Lirna, tersenyum memamerkan lisptik pink matte yang membuat umurnya terlihat 5 tahun dari usianya yang hampir menginjak 50 tahun.  
how come? I designed it personally not with the  team dan ini bukan untuk mass product its custom made!” Lirna masih berdiri kaku. Baru 3 hari  ia meninggalkan kantor karena terserang flu akibat begadang mengerjakan design tersebut tapi mengapa design itu sudah di tangan Mrs Roz?. Lirna membetulkan kacamatanya, melepas kuncir ekor kudanya kemudian kepalanya tertunduk sambil melihat master design yang betul betul mirip dengan designnya.
“ hey.. when you sick, I asked your team to submitt final designs immediately but I don’t like them at all. Thank God your bestfriend saved me. She gave these brilliant designs and I love it so much!! “ Mrs Roz tertawa dan menepuk2 pundak Lirna sambil sesekali memperbaiki kacamata berframe tebal persegi empat.
Now, get back to work” Mrs Roz mengibaskan jemarinya tanda mengusir Lirna dan kembali duduk di belakang meja.

Sejak itu Lirna sangat kesal dengan Lea. Sudah jelas bahwa Mrs Roz bilang bahwa sahabatnya yg menyerahkan design itu kepada dia. Siapalagi kalo bukan lea? Selama ini Lirna tidak pernah dekat dengan orang lain di kantor selain dengan Lea. Kenapa Lea bgitu tega menyalip dirinya dari belakang?
Hal tersebut Lirna ungkapkan ke Ratna
“Ratna, Lea benar benar menusuk aku dari belakang. Kok seorang teman bisa tega bener melakukan ini?”
“Kamu sabar dulu, aku sudah confirm ke dia tapi dia bilang dia tidak melakukan itu” jawab Ratna
“Apa?? Trus kamu percaya dia gak copy designku?” tanya Lirna
“Aku di sini tidak mau menghakimi siapa yang benar atau salah, Lir”. Jawab Ratna
What??” Lirna merasa kesal dengan Ratna
“ Ya  kan aku sudah tanya Lea, tapi Lea bilang bukan dia yang menyerahkannya ke bos kalian… “
please Rat, Are you telling me I’m the one who lied???
“ Aku gak bilang gitu Lirna… sudahlah…maafkan saja Lea kalau menurut kamu dia bersalah… “
                              Lirna menutup chatnya dengan Ratna dengan perasaan kesal.  
Sebenarnya Ratna sangat ingin mendamaikan Lea dan Lirna namun keduanya sama sama keras. Lirna tidak terima dengan sikap Lea yg menusuk dari belakang dan bukannya minta maaf tapi malah seolah olah hal ini tak pernah terjadi. Ratna tak berhenti menasihati Lirna untuk memaafkan saja sikap Lea dan memilih untuk menghindari pertengkaran.
“Maaf Lirna, aku ga bisa berbuat apa apa karena Lea tidak mengakui perbuatannya dan lebih baik kita memaafkan saja dan melupakan kejadian ini” ujar Ratna berkali kali.
Hari2 mulai berlalu. Lirna musti legowo menghadapi orang seperti Lea. Hal itu malah membuatnya semakin kreatif lagi dan menghasilkan karya karya yg lebih baik. Mrs Roz sangat bangga pada Lirna dan akhirnya Lirna perlahan melupakan sikap Lea yang lalu walaupun hubungan mereka tak dekat lagi. Lirna tidak pernah menegur Lea begitupun sebaliknya. Keberadaan Lea baik di kantor maupun dalam timnya bagaikan duri dalam daging.
Pagi ini…pagi yang cerah ini.. tiba2 saja salah satu angota tim Lirna memberi info lewat WA  bahwa pelaku copy cat pada waktu itu adalah Lea. Lirna segera menscreencapture obrolan mereka dan mengirimnya ke Ratna.
“Apa maksudnya Lir?” jawab Ratna
“ini bukti otentik bahwa benar pelaku copy cat itu Lea. Kamu kan ga mau menjudge dia karena dia sndiri gak mengakui kan? Tapi dengan adanya bukti percakapan ini akhirnya kamu percaya kan?” Lirna membalas dengan semangat.
“Lalu apa Lir? Aku gak mau ikutan lagi drama kalian” jawab Ratna.
Di ujung sana Lirna merasa tersinggung merasa sahabatnya tidak mendukung dirinya.
“loh kok gitu? Kamu kan sahabat aku, apa salahnya sih kamu nasihatin dia? “ pinta Lirna
“tugas aku sebagai seorang muslimah adalah mendamaikan kalian tapi ternyata aku ga sanggup..maaf aku hanya manusia biasa” jawab Ratna.
“apanya yg ga sanggup? Kamu kan bisa nasihatin aku kenapa gak bisa nasihatin dia?” Lirna mulai terasa amat kesal dgn Ratna. Apa pula seorang sahabat berbuat seperti itu?
“Untuk apa Lir, menasihati orang yang tidak mengakui kesalahannya”
“Ya apa kek supaya dia berubah at least minta maaf lah”
“Maaf…aku gak bisa…aku gak mau ikut campur…”
“helloooo Rat? Kamu kok terkesan gak peduli sih?
“Justru karena aku peduli sama kamu Lir”
“apa buktinya? Kamu sama sekali gak mau menolong. Kamu bisa nasihatin aku tapi kenapa kamu gak mau nasihatin dia?’
“oh…jadi kamu menilai seperti itu Lir? Kalau bgitu aku minta maaf….lain kali aku ga akan nasihatin kamu kecuali diminta”
Lirna merasa sangat gemas terhadap Ratna. Mengapa persahabatan sekian tahun menjadi rusak gara gara Lea.  Lirna mulai membenci Ratna. Dia tak habis pikir mengapa seorang sahabat tak mau membantu sahabatnya menyelesaikan masalah. Lirna hendak mendelete whatsapp Ratna tetapi kemudian pesan Ratna muncul.
“ Kamu tau gak knp seorang ibu menasihati anaknya ? Krn dia sayang sm anaknya. Kamu tau knp seorang temen menasihati ? supaya melihat dari perspektif yang berbeda dan karena dia sayang sm temennya. Justru ketika aku membiarkan yg lain krn aku ga terlalu deket dengan dia.  Tp kl kamu melihat dari kaca mata berbeda … aku mohon maaf bgt...” Ratna menjelaskan..
Deg..tiba tiba Lirna tersadar..selama ini dia merasa Ratna tak peduli dengan perasaannya dan malah memilih untuk ga ikut campur sementara dirinya selalu dinasihatin untuk memaafkan saja kelakuan Lea. Ternyata yang sebenarnya terjadi adalah Ratna sangat peduli dengan dirinya dan apa yg dilakukan Ratna adalah hal terbaik yang seharusnya dilakukan oleh seorang teman. Ratna ingin Lirna mengesampingkan egonya yakni membiarkan saja Lea atau siapapun juga mengcopy idenya justru karena hal itu bukankah akhirnya Lirna menjadi semakin kreatif dan menciptakan desain desain tandingan. Ratna juga ingin Lirna belajar memaafkan orang lain karena ketika kita memaafkan orang lain artinya sama saja dengan kita mau berdamai dengan diri sendiri dan hal ini sangat baik bagi kesehatan jiwa Lirna dan orang-orang yang mau memaafkan. Ada sebuah kisah, Rasulullah pernah berkata kepada sahabatnya bahwa si Fulan adalah salah satu penghuni surga. Kemudian para sahabat mengikuti keseharian si Fulan hendak mengikuti amalan amalannya yang membuat dirinya menjadi calon penghuni surga. Namun, sahabat tidak melihat amalan amalan lebih selain sholat 5 waktu. Akhirnya sahabat bertanya kepada Fulan “wahai Fulan amalan apakah yang dapat membuatmu menjadi salah satu calon penghuni surga?”. Si Fulan kebingungan dan ia berkata “ saya tidak tahu  wahai sahabat akan tetapi sebelum saya tidur, saya berdoa kepada Allah agar Dia mengampuni kesalahan kesalahan yang orang lain perbuat kepadaku”.

TIDAK SAH

Oleh: Andini NH



            Jam hampir menunjukkan pukul tujuh pagi, gerbang sekolah sudah terlihat jelas dari kaca depan mobil, segera aku tambah kecepatan agar anak anak tidak terlambat sampai di sekolah.
Ciiitttt!!!. Akhirnya mobil berhenti pas di depan gerbang. Beberapa anak sudah mulai berlarian agar dapat lolos masuk dari gerbang yang perlahan menutup.
“ok anak anak, salam mama dulu ” Segera aku unlock pintu mobil. Anak anak melepas seat belt mereka kemudian mencium tanganku.
bye mom love you “ Anak Sulung membuka pintu dan keluar sambil berlari.
See you soon mom” Anak bungsu keluar dan menutup pintu langsung berlari kencang sambil melambaikan tangan ke arahku
see you soon!! love you more!!” Aku membalas lambaian tangan si bungsu. Oooh tak berasa waktu berlalu begitu cepat. Setahun lalu si bungsu masih jadi anak TK sekarang sudah duduk di bangku SD dan berubah menjadi mandiri.
“Ya ampun hampir lupa! Aku harus segera pergi dari sini!” Tangan kiri menggeser perseneling ke D dan kaki kanan langsung menginjak gas. Mobil melaju kencang memasuki jalan tol dalam kota. Sepanjang jalan hatiku bergemuruh ingin cepat cepat tiba dan bertemu perempuan itu. Pikiran berkecamuk mengira ngira akan bicara seperti apa pada dia. Apakah dia mau menerima apa yang aku katakan? Jika ia tidak bisa menerima, apa yang akan aku lakukan? Haruskah menggunakan cara keras atau lembut?
            Pintu keluar tol sudah terlihat, laju mobil aku kurangi dan pelan pelan melipir ke arah pintu keluar tol. Tak jauh setelah keluar ada puteran balik dan tujuanku sudah di depan mata. Mobilku memasuki gedung perkantoran dan tepat seperti dugaanku, sebelum jam 8 bank tersebut masih sepi pengunjung. Kuparkir mobil tepat di depan bank kemudian merapikan penampilan dan menyemprot parfum mahal favorit di sebelah kanan dan kiri leherku lalu beranjak keluar mendekati pintu masuk bank itu.
   Selamat pagi ibu…maaf tapi bank kami belum buka” Sapa satpam dengan ramah.
“Oh tidak mengapa kan saya menunggu di dalem” Jawabku sambil melepas sun glasses Channel dan memasukkan ke dalam handbag channelku sambil ngeloyor masuk ke dalam bank.
Akhirnya aku duduk di ruang tunggu. Mataku menyapu ruangan front office, mencoba membaca setiap papan nama yang ada di meja mencari cari nama yang aku incar dan menerka nerka seperti apakah wajahnya. Ah sudah pasti dia tipe penggoda!. Sesaat kemudian seorang wanita kira kira berusia 5 tahun lebih muda dariku memakai seragam front office, rambut tertata rapih mengenakan hairnet dan stocking warna kulit mendekati meja customer service dan membalikkan papan nama yang bertuliskan NIA kemudian ia duduk di kursi meja tersebut menyalakan computer dan akhirnya mengangguk tersenyum padaku tanda bahwa ia sudah siap melayani pelanggan.
“Selamat pagi dengan Nia ada yang bisa saya bantu?” Dia menyodorkan tangannya kepadaku. Aku tersenyum dan membalas jabatan tangannya
“ Saya Vivi istri Pak Andi” kemudian aku duduk sebelum dipersilakan sementara Nia masih berdiri memasang muka heran dan akhirnya kembali duduk.
“ Eh..selamat pagi bu Vivi, ada yang bisa saya bantu?”
“Kamu tau kan untuk apa saya datang kemari?” Aku menyilangkan kaki dan tangan bersidekap sementara tatapanku focus ke matanya.  Dia semakin salah tingkah mungkin tidak menyangka bertemu denganku istri Pak Andi, kemudian aku kembali bicara.
“Pak Andi sudah cerita tentang akad itu dan menurut saya itu tidak sah! Saya tidak terima dan sebenarnya kalian tidak bisa berbuat seperti itu. Dan Ya, saya tau suami saya tidak pintar akan masalah ini” Aku berpaling muka darinya.
“Maaf bu vivi tapi pak Andi dan saya sudah menjalani akad” ujar Nia dengan suara sangat lembut hampir hampir aku tak dapat mendengarnya.
“Menjalani akad di depan siapa??!.” Nada suaraku makin meninggi. Nia kelabakan, satpam melihat kami kemudian Nia memberi aba-aba aman terkendali.
“Sebelum ada hitam di atas putih semua tidak SAH!” Aku kembali membentak.
“bb..baik bu…izinkan saya menelfon dulu” Nia mengangkat gagang telefon di mejanya dan menekan nomor nomor.
“Silakan katakan pada pasanganmu bahwa semua itu tidak sah dan kalian tidak boleh bertindak sebelum saya memberi izin!”. Ujarku
Tak lama setelah Nia menutup telepon, akhirnya ia angkat bicara
“Baik bu vivi…sebelumnya saya minta maaf atas kelancangan saya dan saya berjanji tidak akan mengulangi lagi… dan kalau ibu berkenan maukah ibu beri saya kesempatan untuk bertemu dengan Pak Andi lagi?”
“Hm…..” AKu berdiri dan hendak beranjak pergi, merapikan pakaian dan mengenakan tas kembali. “Kamu boleh datang ke rumah saya dan kita bicarakan baik baik dengan pasanganmu juga. Sekarang saya harus segera pergi. Selamat siang” Aku segera meninggalkan Nia yang masih berdiri dengan muka kakunya. Aku melangkah pasti dengan perasaan juara, jangan sepelekan aku walau aku tak lagi muda hahahha…
            Aku memasuki mobil dan bersiap meninggalkan perkantoran tersebut. Segera aku ambil Iphone ku kemudian menghubungi suamiku.
            “ Pa kamu sudah di kantor?”
“Sudah Ma, gimana tadi ma? Sudah bicara dengan Nia?”
“Sudah pa, mama sudah batalkan akad kalian yang tidak sah itu. Apa apaan kalian bikin perjanjian tanpa sepengetahuan aku”
“Iya ma..maafkan sekali lagi, trus pacarnya Nia gimana ma?”
“ya pokoknya mereka sudah kalah pa, kan tidak ada hitam di atas putih. Mereka tidak bisa menyewa ruko mama tanpa persetujuan mama dan harganya harus mama yang tentukan dong. Ruko itu kan atas nama mama”
“i..iya ma…maaf papa lupa hehhehe”
“makanya pa..lain kali jangan gampang tergoda dilobi sama wanita muda bertampang lugu sampe sampe lupain hak mama”
“oke oke ma…maafin ya..trus akhirnya gimana ma mereka kasian kan mau sewa ruko kita mau buka usaha café. Kita harus dukung dong mereka masih muda muda begitu mau usaha”.
“Iya…mama sudah bilang kita bicarakan ulang, harus sesuai dengan harga mama jangan di bawah pasaran dong pa”
“Baiklah ma kalau begitu sampai ketemu di rumah nanti malam ya..love you”
“love you too” Kumatikan telepon selularku dan kembali ke rutinitas menjemput anak pulang sekolah.