Live Learn and Write

a piece of short stories everyday

Sunday, January 7, 2018

TIDAK SAH

Oleh: Andini NH



            Jam hampir menunjukkan pukul tujuh pagi, gerbang sekolah sudah terlihat jelas dari kaca depan mobil, segera aku tambah kecepatan agar anak anak tidak terlambat sampai di sekolah.
Ciiitttt!!!. Akhirnya mobil berhenti pas di depan gerbang. Beberapa anak sudah mulai berlarian agar dapat lolos masuk dari gerbang yang perlahan menutup.
“ok anak anak, salam mama dulu ” Segera aku unlock pintu mobil. Anak anak melepas seat belt mereka kemudian mencium tanganku.
bye mom love you “ Anak Sulung membuka pintu dan keluar sambil berlari.
See you soon mom” Anak bungsu keluar dan menutup pintu langsung berlari kencang sambil melambaikan tangan ke arahku
see you soon!! love you more!!” Aku membalas lambaian tangan si bungsu. Oooh tak berasa waktu berlalu begitu cepat. Setahun lalu si bungsu masih jadi anak TK sekarang sudah duduk di bangku SD dan berubah menjadi mandiri.
“Ya ampun hampir lupa! Aku harus segera pergi dari sini!” Tangan kiri menggeser perseneling ke D dan kaki kanan langsung menginjak gas. Mobil melaju kencang memasuki jalan tol dalam kota. Sepanjang jalan hatiku bergemuruh ingin cepat cepat tiba dan bertemu perempuan itu. Pikiran berkecamuk mengira ngira akan bicara seperti apa pada dia. Apakah dia mau menerima apa yang aku katakan? Jika ia tidak bisa menerima, apa yang akan aku lakukan? Haruskah menggunakan cara keras atau lembut?
            Pintu keluar tol sudah terlihat, laju mobil aku kurangi dan pelan pelan melipir ke arah pintu keluar tol. Tak jauh setelah keluar ada puteran balik dan tujuanku sudah di depan mata. Mobilku memasuki gedung perkantoran dan tepat seperti dugaanku, sebelum jam 8 bank tersebut masih sepi pengunjung. Kuparkir mobil tepat di depan bank kemudian merapikan penampilan dan menyemprot parfum mahal favorit di sebelah kanan dan kiri leherku lalu beranjak keluar mendekati pintu masuk bank itu.
   Selamat pagi ibu…maaf tapi bank kami belum buka” Sapa satpam dengan ramah.
“Oh tidak mengapa kan saya menunggu di dalem” Jawabku sambil melepas sun glasses Channel dan memasukkan ke dalam handbag channelku sambil ngeloyor masuk ke dalam bank.
Akhirnya aku duduk di ruang tunggu. Mataku menyapu ruangan front office, mencoba membaca setiap papan nama yang ada di meja mencari cari nama yang aku incar dan menerka nerka seperti apakah wajahnya. Ah sudah pasti dia tipe penggoda!. Sesaat kemudian seorang wanita kira kira berusia 5 tahun lebih muda dariku memakai seragam front office, rambut tertata rapih mengenakan hairnet dan stocking warna kulit mendekati meja customer service dan membalikkan papan nama yang bertuliskan NIA kemudian ia duduk di kursi meja tersebut menyalakan computer dan akhirnya mengangguk tersenyum padaku tanda bahwa ia sudah siap melayani pelanggan.
“Selamat pagi dengan Nia ada yang bisa saya bantu?” Dia menyodorkan tangannya kepadaku. Aku tersenyum dan membalas jabatan tangannya
“ Saya Vivi istri Pak Andi” kemudian aku duduk sebelum dipersilakan sementara Nia masih berdiri memasang muka heran dan akhirnya kembali duduk.
“ Eh..selamat pagi bu Vivi, ada yang bisa saya bantu?”
“Kamu tau kan untuk apa saya datang kemari?” Aku menyilangkan kaki dan tangan bersidekap sementara tatapanku focus ke matanya.  Dia semakin salah tingkah mungkin tidak menyangka bertemu denganku istri Pak Andi, kemudian aku kembali bicara.
“Pak Andi sudah cerita tentang akad itu dan menurut saya itu tidak sah! Saya tidak terima dan sebenarnya kalian tidak bisa berbuat seperti itu. Dan Ya, saya tau suami saya tidak pintar akan masalah ini” Aku berpaling muka darinya.
“Maaf bu vivi tapi pak Andi dan saya sudah menjalani akad” ujar Nia dengan suara sangat lembut hampir hampir aku tak dapat mendengarnya.
“Menjalani akad di depan siapa??!.” Nada suaraku makin meninggi. Nia kelabakan, satpam melihat kami kemudian Nia memberi aba-aba aman terkendali.
“Sebelum ada hitam di atas putih semua tidak SAH!” Aku kembali membentak.
“bb..baik bu…izinkan saya menelfon dulu” Nia mengangkat gagang telefon di mejanya dan menekan nomor nomor.
“Silakan katakan pada pasanganmu bahwa semua itu tidak sah dan kalian tidak boleh bertindak sebelum saya memberi izin!”. Ujarku
Tak lama setelah Nia menutup telepon, akhirnya ia angkat bicara
“Baik bu vivi…sebelumnya saya minta maaf atas kelancangan saya dan saya berjanji tidak akan mengulangi lagi… dan kalau ibu berkenan maukah ibu beri saya kesempatan untuk bertemu dengan Pak Andi lagi?”
“Hm…..” AKu berdiri dan hendak beranjak pergi, merapikan pakaian dan mengenakan tas kembali. “Kamu boleh datang ke rumah saya dan kita bicarakan baik baik dengan pasanganmu juga. Sekarang saya harus segera pergi. Selamat siang” Aku segera meninggalkan Nia yang masih berdiri dengan muka kakunya. Aku melangkah pasti dengan perasaan juara, jangan sepelekan aku walau aku tak lagi muda hahahha…
            Aku memasuki mobil dan bersiap meninggalkan perkantoran tersebut. Segera aku ambil Iphone ku kemudian menghubungi suamiku.
            “ Pa kamu sudah di kantor?”
“Sudah Ma, gimana tadi ma? Sudah bicara dengan Nia?”
“Sudah pa, mama sudah batalkan akad kalian yang tidak sah itu. Apa apaan kalian bikin perjanjian tanpa sepengetahuan aku”
“Iya ma..maafkan sekali lagi, trus pacarnya Nia gimana ma?”
“ya pokoknya mereka sudah kalah pa, kan tidak ada hitam di atas putih. Mereka tidak bisa menyewa ruko mama tanpa persetujuan mama dan harganya harus mama yang tentukan dong. Ruko itu kan atas nama mama”
“i..iya ma…maaf papa lupa hehhehe”
“makanya pa..lain kali jangan gampang tergoda dilobi sama wanita muda bertampang lugu sampe sampe lupain hak mama”
“oke oke ma…maafin ya..trus akhirnya gimana ma mereka kasian kan mau sewa ruko kita mau buka usaha café. Kita harus dukung dong mereka masih muda muda begitu mau usaha”.
“Iya…mama sudah bilang kita bicarakan ulang, harus sesuai dengan harga mama jangan di bawah pasaran dong pa”
“Baiklah ma kalau begitu sampai ketemu di rumah nanti malam ya..love you”
“love you too” Kumatikan telepon selularku dan kembali ke rutinitas menjemput anak pulang sekolah.

No comments:

Post a Comment